Labels
- Acase Leather Flip Book Jacket/folio for Apple Ipad 3g Table
- ARTIKEL
- ARTIKEL ISLAM
- DOWNLOAD TEMPELATE
- Flash Memory Card
- free tempelate
- HDMI TO HDMI 6 foot cable
- KOMPUTER
- Microsoft Office 2007
- Microsoft Office 2008
- Microsoft Office 2010
- open office
- PENDIDIKAN
- SERBA-SERBI
- TEMPELATE 3 COLOM
- TEMPELATE 2 COLOM
- TEMPELATE BLOGER
- Template Design
- TIPS
- TOKOH BERPENGARUH
- Western Digital WD Elements 2 TB USB 2.0 Desktop External Hard
- windows 10
- windows 7
- Windows Vista 2
TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR HUMANISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
Pada bagian ini dikaji tentang pandangan teori humanistik terhadap proses belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada hal-hal seperti, pengertian belajar menurut teori humanistik, pandangan Kolb terhadap belajar, pandangan Honey dan Mumford terhadap belajar, pandangan Habermas terhadap belajar dan pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap belajar. Kajian diakhiri dengan memaparkan aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran.
1. Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik
Teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati pada teori kepribadian dan psikoterapi. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana adanya. Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya adalah Kolb yang terkenal dengan “Belajar Empat Tahap”, Honey dan Mumford dengan “Pembagian Macam-Macam Siswa”, Habermas dengan “Tiga Macam Tipe Belajar”, serta Bloom dan Krathwohl dengan “Taksonomi Bloom”. Pandangan masing-masing tokoh terhadap belajar dideskripsikan sebagai berikut :
2. Pandangan Kolb terhadap belajar
Kolb seorang ahli penganut aliran humanistic membagi tahap-tahap belajar menjadi empat, yaitu :
a) tahap pengalaman konkrit, b) tahap pengamatan aktif dan tahap reflektif, c) tahap konseptualisasi dan d) tahap eksperimentasi aktif.
a. Tahap Pengalaman Konkrit
pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceritakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakekat dari peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami mengapa peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu. Kamamupan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling awal dalam proses belajar.
b. Tahap Pengamatan Aktif dan reflektif
Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dilaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi. Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya semakin berkembang. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap kedua dalam proses belajar.
c. Tahap Konseptualisasi
Tahap ketiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi obyek perhatiannya. Berpikir induktif banyak dilakukan untuk memuaskan suatu aturan umum atau generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya. Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-beda, namun memiliki komponen-komponen yang sama yang dapat dijadikan dasar aturan bersama.
d. Tahap Eksperimentasi Aktif
Tahap tarakhir dari peristiwa belajar adalah melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang sudah mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi yang nyata. Berpikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep dilapangan. Ia mampu menggunakan teori atau rumus-rumus untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
3. Pandangan Honey dan Mumford terhadap Belajar
Honey dan Mumford menggolongkan orang yang belajar kedalam empat macam golongan, yaitu kelompok aktivis, golongan reflector, kelompok teoris dan golongan pragmatis.
a. Kelompok aktivis
Orang-orang yang tergolong dalam kelompok aktivis adalah mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Orang-orang tipe ini mudah untuk diajak berdialog, memiliki pemikiran terbuka, menghargai pendapat orang lain dan mudah percaya. Namun dalam melakukan tindakan sering kali kurang mempertimbangkan secara matang dan lebih banyak didorong oleh kesenangannya untuk melibatkan diri. Dalam kegiatan belajar, orang-orang demikian senang pada hal-hal yang sifatnya penemuan-penemuan baru, seperti pemikiran baru, pengalaman baru. Namun mereka cepat bosan dengan kegiatan-kegiatan yang implementasinya memakan waktu lama.
b. Kelompok reflector
Dalam melakukan tindakan, orang-orang tipe reflector sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan. Pertimbangan baik-buruk, untung-rugi, selalu diperhitungkan dengan cermat dalam memutuskan sesuatu. Orang-orang demikian tidak mudah dipengaruhi, sehingga cenderung bersifat konservatif.
c. Kelompok Teoris
Orang-orang tipe teoris memiliki kecenderungan yang sangat kritis. Mereka suka menganalisis, berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya. Segala sesuatu dikembalikan kepada teori dan konsep-konsep atau hukum-hukum. Mereka tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif. Dalam melakukan memutuskan sesuatu kelompok teoris penuh dengan pertimbangan, sangat skeptif dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
d. Kelompok Pragmatis
Orang-orang tipe pragmatis memiliki sifat-sifat yang praktis. Mereka tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil dan sebagainya. Bagi mereka yang penting adalah aspek-aspek praktis. Sesuatu hanya bermanfaat jika dipraktekkan. Bagi mereka , sesuatu adalah baik dan berguna jika dapat dipraktekkan dan bermanfaat dalam kehidupan.
4. Pandangan Habermas Terhadap Belajar
Menurut Habermas, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun lingkungan social, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan pandangannya yang demikian, ia membagi tiga tipe balajar menjadi tiga yaitu : 1) belajar teknis (technical learning ), 2) belajar praktis ( practical learning ), 3) belajar emansipatoris (emancipatory learning).
a. Belajar teknis (technical learning )
Yang dimaksud dengan belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinterkasi dengan lingkungan alamnya secara benar. Pengetahuan dan ketrampilan apa yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan alam sekitarnya dengan baik.
b. Belajar Praktis ( practical learning )
Yang dimaksud dengan belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antara sesama manusia. Pemahaman dan ketrampilan seseorang dalam mengelola lingkungan alamnya tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan manusia pada umumnya. Interaksi yang benar antara individu dengan lingkungan alamnya hanya akan tampak dari kaitan atau relevansinya dengan kepentingan manusia.
c. Belajar Emansipatoris ( emancipatory learning )
Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Dengan pengertian demikian maka dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang benar untuk mendukung terjadinya transformasi kultur tersebut. Pemahaman dan kesadaran terhadap transformasi kultural inilah yang oleh Habermas dianggap sebagai tahap belajar yang paling tinggi, sebab transformasi kultural adalah tujuan pendidikan yang paling tinggi.
5. Pandangan Bloom dan Krathwohl Terhadap Belajar
Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum kedalam tiga kawasan yang dikenal dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom ini telah membantu para pendidik dan guru untuk merumuskan tujuan-tujuan belajar yang akan dicapai dengan rumusan yang mudah dipahami. Setidaknya di Indonesia, Taksonomi Bloom ini banyak dikenal dan paling popular di lingkungan pendidikan. Secara ringkas ketiga kawasan dalam Taksonomi Bloom adalah sebagai berikut :
a. Domain Kognitif, terdiri dari 6 tingkatan, yaitu :
Pengetahuan (mengingat, menghafal)
Pemahaman (menginterpretasikan)
Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
Analisis (menjabarkan suatu konsep)
Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide , metode)
b. Domain Psikomotor, terdiri dari 5 tingkatan, yaitu :
Peniruan (menirukan gerak)
Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
c. Domain Afektif, terdiri dari 5 tingkatan , yaitu :
Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
Merespon (aktif berpartisipasi)
Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayainya)
Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya)
6. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Semua tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Maka sangat perlu diperhatikan perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran. Karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertaian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang.
Teori hmanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistic ini masih sukar untuk diterjemahkan kedalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbang teori ini sangat besar. Ide-ide, konsep-konsep tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia.
Dalam prakteknya teori humanistic ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistic, namun paling tidak dapat dirumuskan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
Menentukan materi pembelajaran
Mengidentifikasikan kemampuan awal siswa
Mengidentifikasi topic-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secar aktif melibatkan diri dalam atau mengalami dalam belajar
Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
Membimbing siswa belajar secara aktif
Membimbing siswa untuk memahami hakekat makna dari pengalaman belajarnya
Membimbing siswa membuat konseptual pengalaman belajarnya
Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata
Mengevaluasi proses dan hasil belajar
DAFTAR PUSTAKA
Asri Budiningsih, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta .PT Rineka Cipta
Slavin, R.E., 1991. Educational Psychology. Third edition. New York : Allyn & Bacon
0 comments:
Post a Comment